Bebas Visa dan Visa on Arrival, Apa Itu?

Banyak yang tidak tahu bahwa di beberapa negara kita bisa langsung masuk alias bebas visa atau disebut juga visa on arrival, artinya cukup mengurus visa saat tiba di bandara negara tujuan. Perlu Anda ketahui agar rencana perjalanan liburan ke luar negeri tidak membingungkan Anda. Dimana saja itu?

Biasanya kita mempersiapkan beberapa hal tambahan selain yang biasa kita bawa dalam perjalanan domestik. Mungkin karena berkaitan dengan iklim yang berbeda, atau mungkin ada aktivitas khusus. Tapi ada hal penting yang membedakan dengan perjalanan di dalam negeri, yakni dokumen perjalanan, dalam hal ini paspor dan visa.

Ya, berlibur ke luar negeri perlu dokumen perjalanan seperti paspor dan visa. Itulah sebabnya sebagai permulaan, Anda harus memeriksa terlebih dahulu masa berlaku paspor Anda. Banyak negara mengharuskan masa berlaku paspor Anda minimal 6 bulan. Selain itu, ada lagi soal visa, yakni dokumen perizinan yang dikeluarkan oleh instansi keimigrasian negara yang akan kita kunjungi dalam satu periode tertentu. Untuk itu, Anda harus tahu bahwa ada beberapa kategori tambahan soal visa ini.

Pertama bebas visa. Artinya kita tidak memerlukan visa untuk masuk ke suatu negara tertentu. Kedua adalah visa on arrival, yang artinya pemegang paspor diwajibkan mengurus visa saat kedatangannya di bandara asing dengan membayar sejumlah biaya administrasi. Jadi tidak perlu mengurus visa sebelumnya di negara asal, karena bisa mengurusnya di negara tujuan. Visa on Arrival (VoA) ini biasanya berlaku untuk kunjungan singkat seperti liburan atau kunjungan sosial.

Tentu, bagi negara yang tidak memberlakukan bebas visa atau VoA kita harus meminta visa di kedutaan negara tersebut sebelum memasukinya. Masa pengajuan visa biasanya antara 4 hari hingga 2 minggu, bergantung pada kebijakan masing-masing negara. Kedutaan Jepang di Jakarta misalnya, perlu empat hari bila semua berkas yang diajukan dinyatakan lengkap. Sementara kedutaan Jerman sekitar seminggu, dan Perancis untuk visa sechen perlu 2 minggu.

Untuk negara ASEAN semuanya bebas visa. Tapi perlu juga Anda ketahui, bahwa selain negara-negara ASEAN ada beberapa negara lain yang memberikan bebas visa bagi pemegang paspor Indonesia, diantaranya adalah:
  • ASIA
    Hongkong 30 hari, Iran 7-15 hari (VoA dengan surat sponsor), Yordania 30 hari (VoA), Laos 15-30 hari (VoA), Macau 30 hari, Maladewa/Maldives 30 hari (VoA), Nepal 30-60 hari (VoA), Oman 30 hari (VoA), Sri Lanka 30 hari (VoA), Timor Leste 30 hari (VoA)
  • AFRIKA
    Maroko 90 hari, Mozambique 30 hari (VoA), Sychelles 30 hari, Tanzania 3 bulan (VoA), Tazmania 3 bulan (VoA), Zimbabwe 3 bulan (VoA)
  • OSEANIA
    Kepulauan Cook 31 hari, Fiji 120 hari, Mikronesia 30 hari, Niue 30 hari (VoA), Palau 30 hari (VoA), Samoa 60 hari
  • AMERIKA SELATAN
    Chile 90 hari, Kolombia 90 hari, Ekuador 90 hari, Haiti 3 bulan, Peru 90 hari
  • AMERIKA UTARA
    Bermuda 90 hari, Saint Vincent & Grenadines 1 bulan
  • EROPA
    Armenia 120 hari (VoA), Georgia 90 hari (VoA), Kosovo 90 hari dan Turki 30 hari.
Selain itu ada beberapa negara lagi yang membebaskan visa untuk pemegang paspor Indonesia tetapi hanya untuk keperluan dinas dan diplomatik seperti Kyrgyztan, UAE, Argentina, Bolivia, Brazil, Tunisia, Kroasia, Russia, Slovenia, Switzerland dan Serbia. Sedang kasus-kasus khusus berlaku untuk negara Irlandia dimana pengurusan visa di kedutaan atau konsulatnya tidak dikenakan biaya. Sementara untuk Uzbekistan pengurusan visa diperlukan sebelumnya di kedutaan atau konsulat hanya bagi pemegang paspor diplomatik.

Yang unik adalah Taiwan, Panama, Mexico, Costa Rica dan Andorra, dimana bebas visa atau VoA hanya berlaku bagi pemegang paspor yang masih memiliki visa valid untuk Amerika Serikat, Schengen, Inggris atau Australia.

Sumber: LIONMAG/April 2012

Homosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Alzheimer


Pertumbuhan penduduk usia lanjut di seluruh dunia semakin bertambah. Yang disebut sebagai manusia usia lanjut adalah mereka yang berumur lebih dari 60 tahun. Di Indonesia saja, pada kurun waktu 2005-2010 diperkirakan akan menyamai jumlah balita yaitu sekitar 8,5% dari jumlah seluruh penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lanjut usia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat. Dari jumlah itu, sekitar 15% diantaranya mengalami demensia atau pikun, disamping penyakit degeneratif lainnya seperti kanker, jantung, reumatik, osteoporosis, katarak dan lain sebagainya.

Demensia atau pikun adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan adanya gangguan daya pikir dan daya ingat yang bersifat progresif disertai dengan gangguan berbicara, perubahan kepribadian dan perilaku. Gejala pikun biasanya meningkat seiring pertambahan usia. Akan tetapi perlu diketahui bahwa pikun bukanlah merupakan gejala normal dari proses penuaan.

Di negara-negara maju sekitar 60% dari penyebab pikun adalah Alzheimer, yaitu menurunnya kemampuan berpikir akibat rusaknya jaringan otak. Penyakit Alzheimer merupakan salah satu batu sandungan dalam perjalanan hidup para lanjut usia selain kanker, stroke, diabetes dan penyakit jantung. Pikun akibat penyakit alzheimer paling ditakuti oleh para masyarakat lanjut usia dewasa ini. Mengapa? karena penyakit alzheimer terkenal sebagai proses menahun tetapi progresif. Oleh karena itu penting untuk menentukan faktor-faktor risiko penyakit alzheimer sehingga dapat dilakukan pencegahan kondisi pikun dan meningkatkan kualitas hidup individu saat di usia lanjut.

Homosisten merupakan asam amino (penyusun protein) yang menarik banyak perhatian sebagai faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Peningkatan homosisten biasanya mengakibatkan terjadinya kerusakan pada pembuluh darah dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Pada usia lanjut, peningkatan homosisten sangat berhubungan pula dengan peningkatan risiko penyakit alzheimer. Peningkatan asam amino sebesar 5 u:mol dapat menyebabkan meningkatkan risiko penyakit alzheimer sampai sebesar 40%.

Untuk sekedar diketahui, beberapa cara bagaimana peningkatan homosisten dapat menyebabkan demensia/pikun adalah:
  • Peningkatan homosisten terkait dengan peningkatan risiko penyumbatan pembuluh darah dan stroke sehingga akan meningkatkan risiko penyakit alzheimer.
  • Peningkatan homosisten dikaitkan dengan kerusakan pembuluh darah dan peningkatan radikal bebas yang dapat mengakibatkan penuaan otak.
  • Peningkatan homosisten dikaitkan dengan kematian sel-sel otak mengakibatkan terjadinya gangguan daya ingat dan daya pikir.
  • Peningkatan homosisten yang tinggi berkorelasi dengan peningkatan kerusakan otak bagian cortical dan hippocampal sehingga risiko kepikunan meningkat.
Kesimpulan:
Peningkatan konsentrasi homosisten (hiperhomosisteinemia) selain merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung dan stroke, juga merupakan faktor risiko independen untuk perkembangan kondisi demensia/pikun serta Penyakit Alzheimer. (Dari berbagai sumber /Ilustrasi gambar oleh: http://www.stemcelltreatments.in ).

Bersih-Bersih Rumah Perkecil Risiko Alzheimer

Lifestyle + / Senin, 23 April 2012 05:20 WIB
Metrotvnews.com, California: Tetap aktif dapat mengurangi risiko penyakit alzheimer bahkan pada orang yang berusia di atas 80 tahun. Dalam sebuah studi, peneliti meminta 716 sukarelawan dengan usia rata-rata 82 tahun untuk memakai perangkat yang memonitor kegiatan mereka.

Peserta penelitian juga diberikan tes kognitif untuk mengukur memori dan kemampuan berpikir. Setelah sekitar tiga tahun, 71 dari para relawan mengalami penyakit alzheimer. Temuan muncul dalam edisi online jurnal Neurology. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang tidak aktif dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit ini daripada mereka yang aktif.

Dr Aron Buchman dari Rush University Medical Centre di Chicago mengatakan, "Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa semua kegiatan fisik termasuk olahraga serta kegiatan lain seperti memasak, mencuci piring, dan membersihkan berhubungan dengan penurunan risiko alzheimer.

"Hasil ini mendukung upaya untuk mendorong semua jenis aktivitas fisik bahkan pada lansia yang mungkin tidak dapat berpartisipasi dalam olahraga, tetapi masih bisa mendapatkan keuntungan dari gaya hidup yang lebih aktif."

Dr Anne Corbett, manajer penelitian mengatakan, "Latihan fisik secara teratur merupakan cara penting untuk mengurangi resiko terkena demensia. Ini dapat mengurangi risiko hingga 45 persen. Studi ini menambahkan bukti dan menunjukkan bahwa hal-hal sederhana seperti memasak dan membersihkan rumah juga dapat membuat perbedaan."

Ia melanjutkan, satu dari tiga orang berusia di atas 65 tahun akan meninggal karena demensia. Dengan hasil studi ini, terlihat ada hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu mengurangi risiko. Penting pula untuk menjaga berat badan dan berhenti merokok."(MI/wtr6)
 Bacaan terkait silahkan lihat disini:
- Hiperhomosisteinemia dan risiko stroke
- Hiperhomosisteinemia dan Faktor Risiko Kelainan Vaskuleri
- Gejala Penyakit Alzheimer

Mendeteksi Dini Balita Buta Warna

Jangan dianggap sepele!. Bahwa buta warna sesuatu yang sangat penting untuk dideteksi sedini mungkin. Untuk itu Anda harus pula mengetahui apakah balita Anda mengidap buta warna. Pertanyaannya, bagaimana Anda mengetahui bahwa anak Anda mengidap buta warna, dan apa ciri-cirinya?.

Kesehatan bayi merupakan hal yang terpenting bagi perkembangannya kelak. Pada umumnya jika kesehatan bayi berjalan normal, maka pada usia 4 tahun anak bayi sudah dapat membedakan beragam warna dengan bahasa verbal, setidaknya warna-warna primer (merah, hijau, biru dan kuning). Dengan demikian jika bayi mengalami buta warna maka orang tua sudah dapat mendeteksinya sejak saat itu. Hanya perlu dipahami bahwa buta warna memiliki 2 jenis; yaitu buta warna total dan buta warna pasial.

Bagi Anda para ibu yang ingin mengetahui ciri-ciri bayi buta warna, beberapa metode sederhana berikut dapat membantu:
  • Bayi pada usia 4 tahun tidak dapat menyebutkan warna yang dilihatnya. Untuk itu buatlah gambar untuk mewarnai sebuah objek. Misalnya, buatkan gambar daun lalu minta kepada anak agar mewarnainya dengan crayon warna hijau. Jika anak dapat mengambil crayon dengan warna tersebut maka dapat dipastikan bahwa anak Anda tidak mengalami buta warna hijau. Tetapi bila si anak selalu mengambil warna merah untuk mewarnai daun yang semestinya berwarna hijau, maka bisa jadi buah hati Anda mengalami buta warna; karena melihat semua objek berwarna hijau menjadi merah.
  • Buatlah lingkaran-lingkaran bersambung dengan warna-warna lembut, misal merah muda, kuning muda, hijau muda dan putih. Jika anak Anda menyebut semua warna-warna tadi dengan putih maka kemungkinan besar ia buta warna.
  • Gantilah lingkaran tadi dengan warna-warna cerah (terang) dan berselang-seling dengan warna lembut, misalnya hitam, kuning, merah, merah muda, biru, dan hijau muda. Minta kepada anak Anda menyebutkan warna-warna yang terdapat di dalam lingkaran itu. Jika anak hanya dapat menyebutkan semua warna dengan hitam dan putih saja maka ia mengalami buta warna, yang hanya dapat melihat semua objek dengan warna hitam dan putih. Dalam kondisi ini anak mengalami buta warna total.
  • Belum cukup sampai disitu!. Sekarang pada selembar kertas putih buatlah titik-titik bersambung yang membentuk satu pola bergambar dengan warna lembut. Kemudian mintalah kepada anak untuk meneruskan gambar dengan menghubungkan titik-titik tadi menggunakan pensil, jika anak Anda tidak dapat melihat pola gambar tersebut, maka kemungkinan anak Anda mengalami buta warna.
 

Mendeteksi secara dini anak balita Anda yang mengalami buta warna adalah sesuatu yang sangat penting sebelum ia menemukan kekurangan di usia sekolahnya. Pada anak usia sekolah, keadaan buta warna dapat menyebabkan frustrasi karena selalu salah dalam menjawab pertanyaan tentang warna-warna, dan mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan warna, seperti melukis, membuat pola, dan memasak. 

Anda tidak perlu gusar!. Berbagai pelatihan untuk mengatasi masalah ini sudah ditemukan oleh para ahli. Salah satunya adalah dengan menambahkan label atau tulisan judul warna pada warna-warna tertentu yang tidak terlihat oleh anak. ~Dari berbagai sumber.   

Mengapa Seseorang Mengidap Buta Warna ?

Buta warna merupakan suatu kondisi kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu. Sehingga orang yang mengidap buta warna tidak dapat membedakan perpaduan aneka warna.

Buta warna dibagi menjadi total dan parsial, dimana pada buta warna total seseorang hanya melihat semua warna menjadi hitam dan putih saja. Sedangkan pada buta warna parsial, seseorang mengalami kesulitan dalam membedakan warna-warna senada.

Secara fisik seseorang dengan buta warna terlihat sama saja dengan orang normal. Artinya, tidak terdapat kelainan fisik yang menonjol. Karena pada buta warna, kelainan terdapat pada sel retina bola mata dan hal itu tidak dapat dilihat secara kasat mata.

Selain hal diatas, penderita buta warna tidak merasakan sakit atau apapun, yang dirasakan adalah ketika melihat suatu objek dengan perpaduan warna maka penderita akan melihatnya dengan warna yang berbeda dari orang normal.

Buta warna umumnya disebabkan karena keturunan (genetikal). Penyebab lainnya adalah adanya kerusakan pada syaraf mata yang disebabkan karena berbagai sebab, seperti kecelakaan atau bawaan lahir. Buta warna yang disebabkan karena faktor keturunan (genetik) dari orangtua kepada anaknya sering disebut dengan sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna.


Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada pria dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' dan hal ini menunjukkan bahwa pada wanita terdapat kromosom X sebagai pembawa sifat buta warna. Wanita sebagai pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anak lelakinya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut akan menderita buta warna.

Syaraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap warna hitam dan putih,serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, teruma sel kerucut.

Untuk mengetahui seseorang mengidap buta warna , maka dapat dites dengan tes Ishihara, dimana lingkaran-lingkaran berwarna  yang beberapa diantaranya dirancang agar terdapat tulisan tertentu yang hanya dapat dilihat atau tidak terlihat oleh penderita buta warna.

Umumnya buta warna diketahui ketika anak sudah mulai dewasa. Pada awalnya akan terjadi kebingungan pada dirinya dan orang orang sekitarnya, bahwa warna yang dilihat oleh orang lain berbeda dengan yang dilihat oleh penderita, misalnya seseorang melihat suatu warna sebagai warna merah, namun penderita melihatnya sebagai warna hijau. Hal ini yang menyebabkan penderita merasa kecewa dan sedih, karena hal-hal tertentu pada warna tidak dapat dilihatnya secara normal. Akibatnya, penderita buta warna tidak dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan warna-warna, seperti dokter, ahli kimia, mekanik listrik, dan lain-lain.

Walaupun saat ini belum ditemukan solusi cara pengobatan yang mutakhir untuk penderita buta warna, ada beberapa alternatif untuk memudahkan pengidapnya antara lain:
  • Gunakan warna-warna kontras
  • Menggunakan kode-kode tertentu untuk menandai daerah-daerah tertentu
  • Memberi warna yang bisa terlihat hampir mendekati normal untuk barang-barang tertentu agar dapat membedakannya, seperti biru, kuning, putih dan hitam.
  • Untuk buta warna akut, maka penempatan benda yang diberi warna-warna tertentu juga dapat dilengkapi catatan menggunakan label sebagai indikator yang menjelaskan tentang nama warna tersebut.
Bagaimana Mencegah Buta Warna ?

Kondisi ini sulit dicegah karena bersifat keturunan. Otomatis jika ingin mencegahnya harus dari pertama ketika seseorang akan menikah, maka harus dilihat dan diperiksa apakah pada garis keturunannya terdapat faktor genetik buta warna.

Sangat direkomendasikan agar dilakukan tes sebelum anak memilih jurusan perkuliahannya, sehingga jika ditemukan faktor buta warna, anak tersebut dapat diarahkan untuk mengambil jurusan yang tidak membutuhkan kegiatan yang berhubungan dengan perbedaan warna-warna.

Jangan Sepelekan Ganguan Haid, Siapa Tahu Anda Mengalami Amenorrhea

Haid atau lebih dikenal dengan istilah menstruasi merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri dari darah dan jaringan tubuh. Kejadian tersebut berlangsung tiap bulan dan merupakan suatu proses normal bagi perempuan. Namun ada sebagian perempuan yang mengalami haid tidak normal, misalnya usia datangnya haid pertama yang terlambat, darah haid sangat banyak, nyeri atau sakit saat haid, gejala PMS (sindrom pre menstruasi), siklus haid yang tidak teratur dan masih banyak kemungkinan lainnya.

Selain hal diatas, maka ada pula kemungkinan bahwa seseorang mengalami Amenorrhea, yaitu tidak mengalami haid sampai masa tertentu. Hal ini dapat terjadi pada masa pubertas maupun dewasa.

Terdapat 2 macam amenorrhea. Yang pertama disebut Amenorrhea Primer, yakni belum pernah haid sampai berusia 16 tahun. Kedua adalah Amenorrhea Sekunder - siklus haid berhenti selama 3 sampai 6 bulan atau berhenti sama sekali.

Penyebab Amenorrhea Primer bisa bermacam-macam, diantaranya adalah adanya penyakit pituitari, tidak terdapatnya organ reproduksi wanita, kelainan struktur vagina, kelainan genetik, dan gangguan hipotalamus di otak (Hipotalamus adalah bagian otak yang berisi sejumlah nukleus kecil dengan berbagai fungsi. Salah satu fungsi yang paling penting dari hipotalamus adalah untuk menghubungkan sistem saraf dengan sistem endokrin melalui kelenjar pituitary (hipofisis).

Secara umum, penyebab Amenorrhea Sekunder antara lain karena hamil, pemasangan atau pemakaian kontrasepsi, masa menyusui, stres, sedang melakukan pengobatan tertentu, adanya penyakit kronis, terdapat gangguan hormonal di dalam tubuh, terlalu kurus, olahraga yang berlebihan, gangguan fungsi tiroid, terdapat tumor pada kelenjar pituitari, pengangkatan rahim dan terjadinya menopause dini.

Meskipun amenorrhea tidak menyebabkan kematian, namun masalah hormonal yang rumit dapat menyebabkan gangguan fertilitas. Untuk mengetahui penyebab yang mendasari amenorrhea diperlukan serangkaian pemeriksaan medis, baik secara fisik maupun laboratorium. Pemeriksaan fisik tentunya dilakukan oleh dokter ahli kandungan, sedangkan pemeriksaan laboratorium dapat meliputi TSH (baca artikel Deteksi Dini Hipotiroid), pemeriksaan Prolaktin, pemeriksaan hormon seperti Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH), dan selain itu diperlukan juga pemeriksaan progesteron untuk mengetahui terjadinya defisiensi estrogen, lesi pada struktur endometrium dan atau kemungkinan terjadinya sumbatan pada uterus.

Amenorrhea dapat menyebabkan Anda tidak nyaman, dan mungkin juga mengalami stres. Untuk itu diperlukan pola hidup sehat dan selalu mengontrol siklus haid Anda. Beberapa tips berikut ini dapat Anda lakukan, seperti:
  • Lakukan diet dan olahraga hingga mencapai berat badan ideal
  • Imbangi kerja keras dengan istirahat dan rekreasi
  • Hindari stres dan konflik di dalam hidup Anda
  • Selalu waspada dengan perubahan siklus haid, catat tanggal haid mulai dan tanggal selesai, serta catat jika ada gejala yang mengganggu
  • Jika gangguan berlanjut hubungi dokter Anda.  
(Disarikan dari berbagai sumber)

Cegah Dini Penyakit Thalassemia

Thalassemia merupakan penyakit keturunan dimana sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari), sehingga penderita akan mengalami anemia (kekurangan darah).

Penyebab Thalassemia adalah sel-sel darah tidak mengandung cukup hemoglobin karena adanya kelainan atau perubahan pada salah satu bagian gen hemoglobin. Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan.

Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.

Berdasarkan gejala klinis dan tingkat keparahannya, thalassemia dibagi menjadi 3 kategori:
  1. Thalassemia Mayor
    Disebut juga sebagai thalassemia berat, dimana penderita thalassemia tampak normal saat lahir tetapi akan menderita anemia pada usia antara 3 - 18 bulan. Dalam kondisi ini maka penderita memerlukan transfusi dara secara berkala seumur hidupnya. Apabila anak-anak dengan thalassemia mayor tidak dirawat, maka hidup penderita umumnya akan bertahan antara 1 - 8 tahun.
  2. Thalassemia Minor / Trait
    Thalassemia pada type ini adalah orang yang menderita thalassemia tetapi mereka tidak sakit. Umumnya mereka adalah orang-orang sehat dan normal, tetapi membawa sifat thalassemia. Dari hasil analisa genetika sebenarnya thalassemia trait sudah ada sejak lahir dan tetap ada sepanjang hidup penderita. Namun tidak memerlukan transfusi darah sepanjang hidup mereka.
  3. Thalassemia Intermedia
    Thalassemia intermedia merupakan kondisi antara thalassemia mayor dan minor. Penderita thalassemia type ini mungkin memerlukan transfusi darah secara berkala dan umumnya dapat bertahan hidup sampai dewasa.
Bagaimana Gejala Thalassemia ?
  • Anemia
    Pengaruh rusaknya sel darah merah, maka penderita akan terlihat pucat, sukar tidur, tidak nafsu makan, dan sering mengalami infeksi berulang.
  • Jantung Berdebar-debar
    Jantung bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hemoglobin dan semakin lama jantung akan menjadi lemah dan mudah berdebar-debar.
  • Tulang tipis dan rapuh
    Sel darah diproduksi dalam sumsum tulang. Pada keadaan thalassemia sumsum tulang bekerja keras mengatasi kekurangan hemoglobin. Hal ini sering menyebabkan batang hidung penderita masuk ke dalam dengan tulang pipi yang menonjol, dimana keadaan ini disebut facies cooley (ciri khas thalassemia mayor).

Sampai saat ini belum ada obat yang menyembuhkan penyakit thalssemia secara total. Pengobatan yang paling optimal adalah transfusi darah seumur hidup dan mempertahankan kadar Hb selalu sama atau 12 g/dl dan mengatasi akibat samping transfusi darah.

Sebaiknya semua orang dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat thalassemia. Karena frekuensi pembawa sifat thalassemia di Indonesia berkisar antara 6 – 10%, artinya setiap 100 orang ada 6 sampai 10 orang pembawa sifat thalassemia. Tetapi bila ada riwayat seperti di bawah ini, pemeriksaan pembawa sifat thalassemia sangat dianjurkan:
  1. Ada saudara sedarah menderita thalassemia.
  2. Kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl, walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi.
  3. Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal. 
Karena penampilan sebagian besar pembawa sifat thalassemia tidak dapat dibedakan dengan individu normal, maka pembawa sifat thalassemia hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan darah yang mencakup darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Silahkan periksakan diri Anda...
 
     
    Copyright © 2015. DIENG TOUR ADN TRAVEL.
    Design by Herdiansyah Hamzah. Published by Themes Paper. Distributed By Kaizen TemplatePowered by Blogger.
    Creative Commons License